Sunday, July 29, 2012

Manfaat Kedelai bagi Tubuh

Saat ini kedelai menjadi pembicaraan publik yang menarik terkait makin mahalnya harga bahan pembuat tempe ini. Pemerintah dinilai tidak mampu mengantisipasi kelangkaan komoditas kedelai yang saat ini terjadi. Hal tersebut berdampak negatif bagi para pengrajin tempe dan tahu serta petani kedelai dalam negeri. Kelangkaan kedelai di pasar disebabkan beberapa alasan, yaitu rendahnya produksi kedelai nasional sehingga tidak mampu mencukupi permintaan masyarakat.

Rata-rata kebutuhan nasional diperkirakan mencapai 2,4 juta ton per tahun atau rata-rata 200 ribu ton kedelai setiap bulan. Namun, sampai triwulan pertama tahun ini produksi kedelai hanya mencapai sekitar 200 ribu ton, dengan target sebesar 400 ribu ton.

Setiap tahun, Indonesiia hanya bisa memproduksi 40 persen dari kebutuhan nasional, sisanya dari impor.

Peningkatan konsumsi kedelai di Indonesia juga terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk. Kedelai kini tak hanya dikonsumsi sebagai komoditas pangan, tetapi telah dijadikan campuran pangan bagi ternak dan sumber bioenergi.

Menurunnya produksi kedelai Amerika Serikat dan Brasil sebagai dua negara produsen kedelai di dunia, mengakibatkan lonjakan harga komoditas pangan ini tidak bisa lagi terbendung. Kenaikan harga kedelai dunia tersebut berkisar antara 19 sampai 27 persen.

Saat ini, sekitar 60 persen produksi kedelai Dunia dihasilkan oleh Brasil dan AS. Dari jumlah itu, produk AS berkontribudi hingga hampir 40 persen. Dengan fenomena ini, banyak pihak dirugikan, termasuk para produsen tempe yang tidak dapat berproduksi. Kalau ada pasokan kedelai di pasaran, harganya sudah tak lagi terjangkai. Pihak lain yang dirugikan adalah konsumen. Masyarakat yang mengandalkan tahu dan tempe sebagai lauk pauk guna memasok asupan protein menjadi kelimpungan. Padahal tempe adalah makanan fungsional yang sarat gizi, mengandung antioksidan dan serat makanan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

  • Tempe

Salah satu produk olahan kedelai adalah tempe. Bangsa Indonesia patut berbangga karena nenek moyang kita mewariskan makanan tradisonal fermentatif ini. Tempe, dikenal mengandung gizi tinggi, Vitamin B 12 dan serat makanan. Tempe mengandung gizi yang sangat baik untuk kesehatan. Sebab, makanan yang satu ini dapat berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan serat makanan yang potensial menyehatkan tubuh. Makanan tradisional ini harganya murah dan sudah tentu terjangkau masyarakat luas.

Di samping mengandung protein yang tinggi, vitamin B12 dan serat makanan, tempe mengandung senyawa fungsional yang sangat baik mencegah penyakit degeneratif seperti jantung, stroke dan kanker. Tempe dapat mencegah proses penuaan sebab mengandung zat antioksidan. Pokoknya tempe ibarat obat dewa (panasea) yang mampu menyembuhkan dan mencegah berbagai penyakit.

Saat ini sebagaian besar masyarakat menengah ke atas di perkotaan menderita penyakit menular baru (new communicable dissease). Penyakit menular baru ini berjangkit karena meniru pola hidup keliru masyarakat Barat. Yang ditularkan di sini gaya hidup dan pola makan yang salah. Terbukti ketika masyarakat Indonesia makin banyak mengonsumi fast food ala Barat, prevalensi penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, stroke, diabetes dan kanker makin tinggi. Fenomena buruk ini sekaligus menyingkirkan makanan tradisional yang lebih menjamin masukan gizi seimbang.

Kisah Indonesia yang kaya akan makanan tradisional sudah banyak yang tahu. Tetapi bagaimana memberdayakan Makanan Tradisional Indonesia (MTI) ditengah kian maraknya makanan impor masuk ke Indonesia, baik dalam bentuk segar maupun produk pangan olahan, menjadi persoalan pelik. Padahal berbagai MTI seperti tempe selain mengandung gizi seimbang juga dapat memberi manfaat fungsional.

Ini menjadikan prospek MTI makin baik ketika ada kecenderungan masyarakat dalam memilih makanan selain bergizi dan nikmat rasanya juga harus memberi manfaat terhadap kesehatan. Sebagai makanan fungsional, MTI harus dirancang atas dasar kebutuhan konsumen sehingga mampu bersaing dengan makanan impor ala Barat.

Hal yang paradoks kini terjadi di tengah masyarakat kebanyakan di Indonesia. Ketika masyarakat di negara-negara Barat sudah menggelar back to nature sebagai gaya hidup sehat sebab menyadari menu yang sarat kolesterol, garam, berakibat buruk bagi kesehatan. Masyarakat Indonesia justru sebaliknya menjadikan fast food bergaya Barat sebagai konsumsi pangan yang lagi trend.

Seiring dengan gerakan "back to nature" yang menjadi buah bibir belakangan ini, seharusnya makanan tradisional (lokal) menjadi pilihan menu sehari-hari. Mengonsumsi suatu makanan tidak lagi semata pada gizi dan kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Artinya, setelah fungsinya sebagai pemasok gizi dan cita rasanya untuk pemuas mulut, pangan harus berfungsi menjaga kebugaran. Jadi, dituntut pula mampu menyembuhkan suatu penyakit. Kenyataan ini menunjukkan pangan harus bersifat fungsional.

Makanan mempunyai sifat fungsional bila mengandung senyawa gizi atau non gizi yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ke arah yang bersifat positf. Kini berbagai jenis makanan telah dikembangkan ke arah itu agar memiliki senyawa atau berbagai komponen fungsional – selain kandungan gizi makro dan mikronya – baik melalui modifikasi maupun lewat perancangan khusus. Kelompok makanan khusus seperti ini dikenal sebagai makanan fungsional atau health promoting foods (makanan berkhasiat obat).

  • Makanan Masa Depan

Istilah makanan fungsional (functional foods) digunakan secara luas untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan makanan yang mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi proses fisiologis tubuh. Ciri utama makanan fungsional adalah disamping mengandung serat makanan yang tinggi, lemak rendah dan kadar garam rendah, juga mengandung senyawa tertentu yang mempunyai aktivitas fisiologis yang memberikan efek fisiolgis yang memberikan efek positif pada kesehatan tubuh.

Tempe akan menjadi makanan masa depan kerena mengandung protein tinggi dan non kolesterol. Tempe merupakan produk fermentasi kedelai rebus yang selama ini dianggap makanan lokal yang murahan dan kampungan ternyata sudah digemari oleh masyarakat di negara maju. Tempe dijuluki sebagai food of tomorrow karena mempunyai senyawa fungsional yang menyehatkan ternyata belum bisa menjadi tuan di negara sendiri.

Berbagai penelitian dilakukan guna mengungkap dan menggali kasiat makanan tradisonal Indonesia. Salah satu makanan yang banyak mendapat perhatian di negara maju seperti Amerika Serikat. Jepang, Australia, Jerman dan lain-lain adalah tempe.

Selama fermenlasi, protein diubah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan larut air. Hal yang sama terjadi pada kandungan lemak. Jumlah asam bebas meningkat dari 1 persen menjadi 30 persen. Yang paling banyak diproduksi adalah asam linoleat dan linoleat. Kedua asam lemak ini sangat penting secara gizi karena rnerupakan asam lemak tidak jenuh esensial.

Sifat hipokolesterolemik (menurunkan kadar lipid darah) pada tempe terbukti sangat ampuh. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa konsumsi tempe dapat menurunkan kadar lemak darah atau kadar kolesterol total LDL (low density lipoprotein) dan trigliresida dalam darah yang naik akibat konsumsi lemak hewani.

Sukarelawan yang menderita hiperlipidemia, ternyata setelah dua minggu mengonsumsi tempe secara teratur, mengalami penurunan total, kolesterol LDL (jahat) rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL. Tetapi dapat meningkatkan kolesterol HDL (baik) secara bermakna dari 37,95 mg/dl menjadi 47,14 mg/dl (Arsiniati, 1994 dalam Bunga Rampai Tempe Indonesia).

  • Memilih Tempe

Tempe, dari segi gizi tidak kalah dengan daging. Bahkan susu kedelai kandungan gizinya sebanding dengan susu sapi. Jadi, kalau demikian halnya, untuk apa buang-buang duit membeli makanan yang mahal yang belum tentu bergizi, kalau toh tempe dan berbagai produk olahan kacang kedelai lainnya yang murah meriah itu dapat memberikan gizi yang kita harapkan.

Tempe yang ada saat ini sebagian besar masih dihasilkan dari home industry yang diproduksi secara sederhana (tradisional). Jadi, kita belum menemukan tempe yang dikemas dengan baik, menarik dan indah. Yang dipasarkan disupermarket dengan label yang mencantumkan masa kadaluwarsa. Tetapi sebagian besar tempe masih kerap diperoleh di pasar-pasar tradisonal.

Untuk itu pilihlah tempe yang masih segar dan bermutu baik. Adapun cirti-cirinya adalah memiliki cita rasa, aroma seperti jamur (mushroom) yang segar dan tekstur yang padat dan kompak. Serta warnanya masih putih menyerupai kapas.

Hindari lah tempe yang sudah berubah warna menjadi cokelat kehitam-hitaman, sedikit basah dan tercium bau manis asam dari amonia. Kemungkinan tempe seperti ini sudat tercemar mikrobia Basillus Subtilus yang dapat membahayakan kesehatan.



No comments:

Post a Comment