Unic29.com - Operasi merupakan terminologi untuk menyebut suatu tindakan pembedahan yang dilakukan oleh para tenaga medis. Adapun bidang yang menangani tindakan operasi ini disebut Surgery, dan ahli surgery disebut Surgeon (ahli bedah).
Saat seorang pasien diputuskan untuk dilakukan operasi terhadapnya,
tentunya bukan keputusan yang mudah, juga bukan keputusan yang
menggembirakan. Tindak pembedahan tentunya identik dengan rasa sakit
sebelum dan sesudah operasi. Belum lagi efek samping yang mungkin saja
terjadi di belakang hari nanti.
Berikut ini adalah 8 alasan mengapa orang takut dioperasi.
Berikut ini adalah 8 alasan mengapa orang takut dioperasi.
1. Takut mati
Ini adalah alasan yang paling sering disebutkan oleh para pasien.
Kegagalan operasi yang sering diekspos di media memberi kesan bahwa
‘operasi sama dengan mengantar nyawa’. Padahal kita tahu bahwa dokter
tidak dididik untuk menjadi pembunuh profesional, apalagi sampai
mempertaruhkan profesinya. Di ruangan operasi, dokter tidak sendirian.
Ia harus dibantu oleh asisten dan dokter anestesi. Tidak mungkin ia
mengerjakannya sendirian. Masing-masing dokter akan melakukan kerja sama
dan mekanisme kontrol yang baik agar operasi berjalan lancar.Alasan
takut mati memang sangat manusiawi. Ini juga mengingatkan dokter bahwa
tidak semua orang siap dioperasi. Karena itu para ahli medis harus
berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatu dengan benar, tanpa ada
kekeliruan sedikitpun. Para pasien juga diperkenankan untuk bertanya
kepada dokter tentang resiko-resiko yang mungkin dihadapi jika ia
menjalani operasi pembedahan itu.
2. Takut operasi tidak menyembuhkan
Operasi ini merupakan tindak pembedahan untuk mengatasi masalah
langsung pada tempatnya. Misalnya operasi Tonsilectomy, yaitu mengangkat
tonsil (amandel). Biasanya dilakukan pada amandel yang membesar tanpa
alasan yang jelas sehingga mengganggu jalan nafas. Tapi, mungkin saja
setelah dioperasi pun, ternyata masih ada gangguan lain yang menyebabkan
terganggunya nafas. Untuk itu, dokter memang benar-benar harus memahami
seberapa penting operasi ini dan seberapa besar kemungkinan sembuhnya.
Pasien berhak tahu dan tanyakanlah hal itu pada dokter yang
bersangkutan.
3. Takut tidak sanggup menanggung biaya operasi
Operasi tentu butuh biaya, mulai dari biaya ruangan, obat anestesi,
dan para dokternya. Tidak ada operasi yang gratis, kecuali ada pihak
ketiga yang menanggung pembiayaan tersebut. Untuk mengantisipasi hal
ini, seyogyanya masing-masing kita sudah memiliki asuransi kesehatan
yang menanggung pembiayaan operasi. Jika tidak memiliki asuransi, kita
harus siap dengan harta yang dimiliki saat ini. Jika ternyata harta
tersebut tidak mencukupi, mungkin cara seperti ‘Koin Cinta Untuk Bilqis’
bisa menggugah rasa peduli masyarakat untuk membantu.Mahalnya biaya
operasi semata-mata bukan karena honor dokternya yang tinggi, melainkan
karena menggunakan peralatan modern yang disediakan oleh pihak rumah
sakit. Seringkali dokter melakukannya secara gratis, tapi ruangan
operasi hingga ruang perawatannya tetap saja harus dibayar mahal.
4. Takut efek samping pasca operasi
Operasi dilakukan dalam ruangan yang sudah disterilkan, menggunakan
alat-alat yang steril, cahaya dan temperatur ruangan yang disesuaikan,
sehingga pre dan pasca operasi diharapkan memberikan hasil yang optimal.
Tapi tetap saja ada efek samping yang harus diperhatikan. Efek samping
ini bisa muncul dari eksternal maupun internal. Eksternal misalnya
infeksi dari luar. Internal misalnya tidak selera makan, sakit kepala,
mula, muntah, dan sebagainya. Maka sebelum dilakukan operasi, tanyakan
kepada dokter tentang efek samping yang mungkin muncul pasca operasi,
agar calon pasien siap menghadapinya. Jika tidak siap, jangan lakukan
operasi.
5. Takut menjadi cacat (contoh amputasi, pengangkatan payudara, dll)
Membedah suatu organ dan mengangkatnya akan membuat pasien
kehilangan aset berharganya. Misalnya pada pengangkatan payudara
(Radical Mammaectomy) pada kasus kanker payudara. Ini tentu membuat
wanita yang bersangkutan akan menjadi minder, rendah diri, dan
sebagainya. Tapi di lain sisi, jika tidak dilakukan pengangkatan,
kemungkinannya akan jadi lebih buruk, bahkan bisa mengancam nyawa.
Terhadap kondisi ini, sangat diperlukan dukungan dari keluarga, handai
taulan, dan sahabat. Rata-rata calon pasien akan merasa amat sangat
sedih, depresi, takut saat menghadapi situasi seperti ini. Namun dengan
dukungan yang kuat, tentunya hal itu bisa dilewati dengan baik.
6. Takut tidak bisa hidup secara normal lagi
Pameo tentang operasi yang bisa membuat orang cacat seumur hidup
membuat kata ‘operasi’ serasa ditabukan. Siapa sih yang suka tindakan
invasiv ini? Bahkan dokter sekalipun harus berfikir sungguh-sungguh
dalam memberikan keputusan operasi atau tidak. Misalkan pada kasus
amputasi organ. Saat masih co-ass, saya kebetulan pernah bertemu dengan
seorang pasien yang menderita kanker pada daerah penisnya. Mau tidak
mau, aset berharganya itu harus dibuang. Jika tidak, kanker itu akan
menyebar. Walaupun dirasa sangat berat, ia akhirnya bersedia. Pilihannya
saat itu, menderita berkepanjangan atau membuang salah satu organnya
dan bertahan hidup. Tentunya ia lebih memilih untuk bertahan hidup.
7. Takut menjadi sorotan teman, keluarga, publik, dan sebagainya
Keputusan operasi biasanya mendapat perhatian khusus dari teman,
keluarga, dan lain-lain. Ini dikarenakan karena tidak semua orang
mengalami hal yang sama. Bahkan pada kasus yang mirip tapi tidak sama,
ada yang mengaku bisa sembuh tanpa operasi, sehingga keputusan operasi
tentunya menjadi perdebatan sengit. Jangankan antara mereka dari
kalangan non medis, bahkan dari medis sekalipun akan mempertanyakan,
“Apa keputusan operasi itu sudah benar atau harus dipertimbangkan lagi?”
Dokter yang bersangkutan harus rajin-rajin berdiskusi dengan yang lebih
senior untuk mendapatkan pandangan yang lebih valid.
8. Takut alat operasi tertinggal di dalam tubuh
Kasus ini pernah terjadi tapi tidak bisa dikatakan
sering. Penyebabnya adalah keteledoran. Jika dikaji lebih jauh,
penyebabnya paling sering adalah keletihan, tidak konsentrasi, problem
eksternal, beban psikologis, dan sebagainya. Dokter yang melakukan
keteledoran semacam ini tentu dipandang sebelah mata oleh sejawat yang
lain, dan tentunya hal itu bukan sesuatu yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment